Ditulis oleh: Laila Luthfi Fadila
Sumber: kompas.com
Bogor, 15 Juli 2024 - Sejumlah aplikasi yang baru-baru ini dibuat oleh pemerintah daerah menuai kontroversi dari warganet lantaran namanya yang bernuansa seksisme. Bahkan, beberapa akronim pada aplikasi tersebut dirasa terlalu vulgar bagi sebagian orang.
Hal tersebut diungkapkan oleh akun Instagram @bigalphaid pada Selasa
(2/7/2024). Setidaknya ada 11 aplikasi dan situs resmi yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Diantaranya:
- SiPEPEK
Sistem Pelayanan Program Penanggulangan
Kemiskinan dan Jaminan Kesehatan) dari Kabupaten Cirebon
- SITHOLE
(Sistem Informasi Konsultasi Hukum
Online) dari Kota Semarang
- SISKA
KU INTIP (Sistem Integrasi Kelapa
Sawit-Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma) dari
Provinsi Kalimantan Selatan
- SIMONTOK
(Sistem Monitoring Stok dan Kebutuhan
Pangan) dari Kota Surakarta
- SISEMOK
(Sistem Informasi Organisasi
Kemasyarakatan) dari Kabupaten Pemalang
- SI
CANTIK (Aplikasi Cerdas Layanan Perizinan
Terpadu untuk Publik) dari Kabupaten Bogor
- SIGANTENG
(Sistem Informasi Ketenagalistrikan Jawa
Tengah) dari Provinsi Jawa Tengah
- SIPEDO
(Sistem Informasi Pelatihan Berbasis
Database Online) dari Kabupaten Sumedang
- Mas
Dedi Memang Jantan (Program Masyarakat
Berdedikasi Memperhatikan Angkatan Kerja Rentan) dari Kota
Tegal
- i-Pubers
Petani (Integrasi Pupuk Bersubsidi)
dari Kabupaten Demak
- JEBOL YA MAS (Jemput Bola Layani Masyarakat) dari Kota Bengkulu.
Penggunaan akronim yang terkesan tidak senonoh itupun dianggap menyalahi etika profesi. Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, Andy Yentriyani menyarankan agar pemerintah daerah mengganti nama-nama aplikasi tersebut dengan akronim yang lebih wajar.
“Pada nama-nama yang berkonotasi seksual, Komnas Perempuan mendorong pada pemerintah daerah untuk melakukan perubahan,” kata Andy, dilansir dari Kompas.com pada 11 Juli 2024.
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Dr. Edi Santoso mengatakan
singkatan nama program pemerintah sebaiknya tidak dibuat dengan
sembarangan.
"Jangan sampai karena ingin mudah diingat, singkatan nama program
pemerintah tersebut dibuat asal-asalan atau nyeleneh, sehingga dapat
menimbulkan konotasi negatif, bahkan menjurus ke pornografi atau
seksualitas," kata Edi dilansir dari Antara, Senin (8/7/2024).
Hingga saat ini, pemerintah diharapkan dapat meluncurkan ulang dengan mengkaji kembali singkatan-sngkatan untuk program yang akan dijalankan.
0 Komentar