Ditulis oleh: Lewi Andra Kurniawan
Sumber gambar: Kupang News
Cikarang, 24 Juli 2025 — Sebanyak 140 siswa SMP Negeri 8 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), diduga mengalami keracunan massal setelah mengonsumsi makanan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Selasa (22/7/2025). Para siswa mengalami gejala diare, muntah, pusing, hingga dehidrasi, dan sebagian dirujuk ke sejumlah rumah sakit.
Kepala SMPN 8 Kupang, Maria Theresia Lana, mengatakan, kejadian bermula saat beberapa siswa mulai izin ke toilet pada pukul 07.30 WITA karena mengeluh sakit perut dan diare. “KBM baru dimulai, tapi sudah banyak siswa yang bolak-balik ke kamar mandi. Mereka mengeluh perut sakit dan buang-buang air,” ujar Maria, rabu (23/7/2025).
Siswa yang mengalami gejala tersebut diketahui sebelumnya menyantap makanan dari program MBG. Berdasarkan keterangan beberapa siswa, lauk yang disajikan diduga dalam kondisi tidak layak konsumsi. Kesya, siswi kelas VIII, mengatakan sayur yang dimakan terasa asam dan dagingnya seperti berjamur.
“Sayurnya campuran kacang panjang, wortel, dan bunga pepaya, tapi baunya asam. Dagingnya seperti ada jamur, dan tahu juga terasa asam,” ujar Kesya.
Pihak sekolah segera merujuk siswa ke RSUD SK Lerik, RS Siloam, dan RS Mamami untuk mendapatkan penanganan medis. Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan mengenai kondisi siswa yang memburuk atau kritis.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Kupang menyatakan bahwa pihaknya telah menghentikan sementara operasional penyedia makanan MBG dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk SMPN 8 Kupang. Evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengadaan dan pengawasan makanan akan dilakukan.
Sejumlah legislator daerah menyayangkan lemahnya sistem pengawasan program MBG yang seharusnya menjamin keamanan pangan bagi siswa. “Ini harus menjadi perhatian serius. Program MBG baik, tapi jika distribusi dan pengawasan lalai, yang menjadi korban adalah anak-anak,” ujar salah satu anggota DPRD Kota Kupang.
Program Makan Bergizi Gratis merupakan inisiatif pemerintah daerah untuk mendukung pemenuhan gizi siswa di sekolah negeri. Namun, insiden ini kembali memunculkan pertanyaan mengenai kualitas dan pengawasan penyediaan makanan di lapangan.
0 Komentar