Ditulis Oleh: Khairunnisa Zabrina Salsabila
Sumber Gambar: Muhammad Jidan
Jakarta, 21 Juli 2025 – Pameran fotografi yang diselenggarakan oleh UKM Fotografi UBSI dengan tema yang dibawakan yakni “Suara Yang Tak Didengar”, berlangsung pada tanggal 18–20 Juli 2025 yang diadakan di salah satu cafe yakni BunkerBrew Lounge Cilandak, Jakarta Selatan pukul 09.30–17.00 WIB, yang berlangsung meriah dan sukses. Pameran yang mengangkat tema ‘Suara yang Tak Terdengar’ bertujuan untuk menyoroti dan menghargai individu serta profesi yang sering diabaikan dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya memiliki hal yang luar biasa.
Pada pameran tersebut terdapat beberapa pameris yang terlibat yaitu Ezzedin Nur Husein, Kania Puji Lestari, Naufal Ariq Syach, Nisrina Humaira Adinta, Ranita Rizkiaulia Utomo, Reniza Nazwa Caesarinka, dan Rachmat Santya Umbara, yang diketuai oleh M. Rafli Andikaputra.
Pada sesi wawancara yang dilakukan, Muhammad Rafli Andikaputra sebagai ketua penyelenggara mengungkapkan harapannya untuk pameran ini agar dapat menarik perhatian publik, khususnya mahasiswa, untuk lebih peduli dan menghargai peran orang-orang di balik layar yang sering terabaikan.
“Agar masyarakat lebih memperhatikan orang-orang disekitar mereka, dengan tidak memandang rendah atau menyepelekan seseorang,” ujar Rafli.
Pameran ini berlangsung dengan sasaran audiens yaitu mahasiswa dan pembicara undangan, dengan harapan dapat membuka ruang diskusi dan meningkatkan apresiasi terhadap kontribusi semua profesi di masyarakat.
“Sebenarnya tuh target audiens kita orang-orang yang terlihat biasa tapi mereka juga sangat berharga untuk kehidupan sehari-hari, meskipun kita jarang menyadari hal itu,” timpal Rafli menanggapi hal tersebut.
Pameran yang diadakan selama 3 hari ini ditutup dengan Bedah Karya pada tanggal 20 Juli 2025 pukul 15.00–16.00 WIB, dipandu oleh Kania Puji Lestari, di lokasi yang sama. Sesi ini menjadi ruang diskusi antara peserta pameran dengan audiens untuk membahas karya-karya foto dan motivasi dibaliknya.
Menurut Kania Puji Lestari, sebagai salah satu pameris, diskusi karya ini penting untuk memperluas sudut pandang dan membangun apresiasi lebih dalam terhadap tema yang diangkat, dengan karya yang berjudul ‘Kaca dan Mata’ mengangkat profesi peracik atau pengrajin kacamata minus, dengan mengangkat tema tersebut ia menyampaikan setiap profesi berhak dihargai.
“Kalau misalkan nggak ada si pembuat kacamata ini, mungkin aku dan teman-teman yang punya mata minus, bakal kesulitan buat lihat dunia, pasti akan buram dan susah,” sahutnya.
Ia memiliki harapan untuk pameran yang akan diadakan berikutnya bisa menghadirkan karya-karya yang lebih menarik, dengan tema yang juga mendekatkan penonton pada profesi yang sering terlupakan.
Anggari merupakan salah satu pengunjung yang menghadiri pameran tersebut dibuat terkesan oleh karya-karya yang ditampilkan dengan berbagai profesi yang hanya dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.
“Lumayan bagus ya, mengambil konsep dari beberapa profesi yang mungkin jarang dilihat sama masyarakat, dianggap sepele tapi profesi itu penting, seperti penggali kuburan atau pembuat nisan,” ujar Anggari.
Pameran ini ditutup dengan meriah sebagai bentuk perayaan HUT IMPRA dengan menghadirkan pertunjukan Live Music pada 20 Juli 2025, mulai pukul 15.00 WIB sampai selesai.
0 Komentar