Ditulis oleh: Muhammad Jidan
Sumber gambar: kapanlagi.com
Jakarta, 11 Agustus 2025 — Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia
(HUT RI) ke-80, film animasi lokal terbaru yang berjudul Merah Putih: One For All usai
perilisan trailer-nya menjadi sorotan warganet. Alih-alih menuai pujian, film ini justru banyak
menuai kritik, terutama soal eksekusi alur ceritanya dan kualitas animasi yang dinilai belum
maksimal untuk film animasi pada tahun sekarang ini.
Trailer film ini sudah dipublikasikan melalui beberapa channel YouTube, seperti Perfiki TV,
CGV Kreasi, dan Historika Film. Pada caption di channel CGV Kreasi, Merah Putih: One For
All diklaim sebagai film animasi pertama bertema kebangsaan.
Film yang berdurasi 70 menit ini digarap dengan premis semangat kebangsaan, mengisahkan
kisah heroik delapan anak dari latar budaya di Indonesia. Karakter-karakter tersebut berasal
dari Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan etnis Tionghoa,
yang tergabung dalam kelompok bernama “Tim Merah Putih”. Mereka bersatu untuk mencari
dan menyelamatkan bendera pusaka yang telah hilang secara misterius, tepat tiga hari
sebelum upacara kemerdekaan 17 Agustus.
Rumah produksi di balik film ini adalah Perfiki Kreasindo, yang menurut informasi di situs
resmi perfiki.com berada di bawah naungan Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.
Proses produksi dimulai pada Juni 2025 dan rampung dalam waktu sekitar dua bulan,
sebelum akhirnya dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia pada 14 Agustus 2025.
Menariknya, pihak produser juga menawarkan promo tiket seharga Rp17 ribu khusus untuk
penayangan pada 17 Agustus 2025.
Namun, dibalik semangat patriotik yang diusung, publik justru mempertanyakan kualitas
filmnya. Warganet membandingkan Merah Putih: One For All dengan animasi lokal lain
seperti Jumbo yang dinilai lebih matang dari sisi eksekusi. Salah satu komentar pedas muncul
di Youtube. "Maaf bukan maksud gak nasionalis ya, tapi jujur film ini kerasa kayak hasil
tugas proyek PPKn anak SMA yang dikerjain seminggu sebelum deadline," tulis seorang
netizen di Youtube.
Komentar lain bahkan lebih tajam, "Saya dengar katanya ini film mau masuk bioskop? Saya
rasa ngeliatin kursi bioskop kosong selama dua jam mungkin lebih menghibur daripada
nonton ini." tulis juga seorang netizen di Youtube.
Tidak hanya warganet, sutradara Jumbo Ryan Adriandhy turut memberi sindiran. Ia
menyebut eksekusi film ini terkesan terburu-buru dan kurang serius, mengingat proyek
senilai Rp6,7 miliar tersebut hanya dikerjakan dalam waktu singkat.
Kritik ini memicu diskusi luas di berbagai media sosial. Sebagian publik menyayangkan
kesempatan emas untuk menghadirkan animasi berkualitas menjelang HUT RI ke-80 justru
berujung kontroversi. Meski begitu, tidak sedikit yang tetap penasaran untuk menonton
langsung dan memberikan penilaian sendiri saat film ini tayang di bioskop.
0 Komentar