Pemugaran Situs Gunung Padang Dimulai Bulan Ini, Libatkan 100 Ahli

 

Ditulis oleh: Zahra Febrianti

Sumber gambar: radarsukabumi.com 


Jakarta, 11 Agustus 2025 - Penelitian dan pemugaran lanjutan Situs Megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, akan dimulai pemerintah pada Agustus 2025.

Pemugaran Situs Gunung Padang adalah serangkaian kegiatan perbaikan, penataan, dan pelestarian kembali situs megalitikum yang berlokasi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tujuannya adalah menjaga keutuhan struktur bebatuan bersejarah serta mempertahankan nilai arkeologis, budaya, dan ilmiah yang dimilikinya.

Menurut Ketua Tim Peneliti, Ali Akbar, pemugaran situs piramida bergaya punden berundak di Gunung Padang, yang diyakini berusia lebih tua dibanding Piramida Giza, akan melibatkan 100 orang ahli. 

"Rencananya di awal Agustus 2025 dimulai pemugaran dan penelitian lanjutannya," kata Ali, Rabu (30/7) seperti dikutip dari detikJabar.

Ali Akbar menjelaskan, terdapat sembilan peneliti utama dengan keahlian khusus di berbagai bidang, mulai dari arkeologi, geologi, geofisika, stratigrafi, geografi, geodesi, biologi, arsitektur, planologi, tradisi lisan, hidrologi, hingga geoteknik.

"Jadi dari sembilan orang tersebut masing-masing membawa anggota dalam timnya yang juga merupakan berstatus ahli," ujar Ali dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (31/7).

Ali Akbar memastikan, keterlibatan dalam penelitian hanya diberikan kepada peneliti dalam negeri. Peneliti asing yang datang tetap dipersilakan hadir, namun hanya untuk menyaksikan jalannya kegiatan. 

"Tidak ada ahli asing yang dilibatkan. Tapi kalau nanti ada peneliti asing mau turut serta menyaksikan silakan," kata Ali dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (31/7). Selain itu, Ali Akbar menambahkan bahwa warga lokal di sekitar situs Gunung Padang juga akan dilibatkan dalam proses penelitian dan pemugaran.

"Nanti ditambah warga setempat dalam proses pemugaran dan penelitian. Jumlah warga masih kami data," ucap Ali.

Budayawan Cianjur, Eko Wiwid, mengungkapkan dukungannya pada riset lanjutan Situs Gunung Padang, asalkan dilaksanakan dengan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan mengoptimalkan potensi lintas disiplin ilmu.

"Saya setuju dan mendukung bentuk upaya riset Situs Gunung Padang, apalagi kalau sampai tuntas. Diharapkan memang melibatkan seluruh potensi dari lintas disiplin ilmu. Karena Situs Gunung Padang dibangun bukan hanya berdasarkan satu bidang ilmu pengetahuan," kata Eko Wiwid dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (31/7).

Menurut Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, pemugaran situs di Desa Karyamukti, Cianjur, akan mengacu pada hasil kajian para peneliti yang terus berlangsung. Namun, ia mengakui, wujud utuh situs itu mungkin tidak dapat dihadirkan kembali karena ketiadaan cetak biru.

"Kita akan percayakan ke depannya ada pemugaran, itu yang paling penting supaya bisa terawat. Namanya dipugar ya seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan itu dipugar, dicoba untuk dikembalikan seperti aslinya. Tapi karena kita tidak punya blueprint-nya, mungkin tidak bisa 100 persen," kata Fadli, dikutip dari Antara.

Fadli Zon menambahkan, upaya pemugaran akan disesuaikan dengan kondisi struktur bebatuan yang ada, dan diharapkan bisa segera dimulai pada 2025.

"Saya kira itu (pemugaran) bisa berangkat dari struktur batu-batu yang ada. Batu yang rebah dan yang jatuh bisa didirikan, berdasarkan kajian-kajian arkeolog seperti apa. Mudah-mudahan tahun ini bisa dimulai," ucap Fadli dikutip dari ValidNews.

Situs yang kabarnya ditemukan sejak 1914 akan tetap menjadi objek kajian dan penelitian berkelanjutan. Penelitian itu, menurutnya, akan bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Penelitian bisa dilanjutkan bekerja sama dengan BRIN. Karena riset adalah domain BRIN. Untuk pemugaran dari situs itu adalah domain Kementerian Kebudayaan. Kita akan coba pemugaran, tapi yang didasarkan pada kaidah dari kajian-kajian yang ada yang kita lakukan untuk pemugaran," ujar Fadli. 

Terkait pendanaan, ia menjelaskan bahwa biaya pemugaran dapat diperoleh melalui kerja sama antara pemerintah dan pihak swasta. "Pendanaan bisa dengan skema public private partnership," tutur Fadli. 

Menurut arkeolog yang akrab disapa Abe, pemugaran situs megalitikum Gunung Padang akan dilaksanakan secara bertahap dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya serta Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2022 tentang Register Nasional dan Pelestarian Cagar Budaya. Pemugaran yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu Pra Pemugaran, Pemugaran, dan Pasca Pemugaran, ini perlu dilakukan setelah melalui riset, kajian, dan studi kelayakan oleh tim peneliti.

"Nah yang akan kita lakukan saat ini adalah tahap yang paling awal ya. Ada studi kelayakan dan studi teknis ya. Fokus kita di beberapa bulan awal ini adalah kajian, kita akan periksa betul bagaimana kondisi situs Gunung Padang saat ini," ujar Abe dikutip dari Kompas.com, Sabtu (2/8).

Abe menjelaskan bahwa hasil studi kelayakan menunjukkan situs Gunung Padang layak dipugar karena merupakan peninggalan megalitik dari batu besar sejak zaman prasejarah yang terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.

Situs Gunung Padang di Kampung Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kabupaten Cianjur, telah lama menjadi bahan perbincangan karena memunculkan banyak teori dan spekulasi. Predikat yang melekat padanya beragam, mulai dari situs sejarah tertua, sumber peradaban tertua, hingga piramida tertua yang diklaim lebih tua daripada Piramida Giza di Mesir. Sejumlah penelitian masih dilakukan untuk membuktikan kebenaran klaim-klaim tersebut.

Adanya pemugaran, kelestarian Situs Gunung Padang diharapkan terjaga sehingga bisa diwariskan untuk generasi sekarang dan generasi berikutnya.

Posting Komentar

0 Komentar