Ditulis Oleh: Ghina Shaqira
Sumber Gambar: Merdeka.com
Jakarta, 14 September 2025 – Indonesia mencatat sejarah penting setelah berhasil meluncurkan Satelit Nusantara Lima (SNL atau N5) pada tanggal 10–11 September 2025. Peluncuran dilakukan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, dengan menggunakan roket Falcon 9 dari SpaceX, menandai kemajuan besar dalam teknologi dan komunikasi satelit nasional.
Satelit komunikasi Nusantara Lima memiliki kapasitas hingga 160 Gbps, menjadikannya yang terbesar di Asia Tenggara bahkan seluruh Asia, dengan kemampuan mengirim data dalam jumlah besar untuk meningkatkan kualitas dan kecepatan internet di Indonesia. Satelit ini dirancang khusus untuk memperluas jangkauan akses internet ke wilayah-wilayah 3T, yaitu daerah tertinggal, terdepan, dan terluar, sehingga masyarakat di area tersebut dapat menikmati konektivitas yang lebih baik dan merata.
Peluncuran Satelit Nusantara Lima sempat mengalami tiga kali penundaan yang disebabkan oleh cuaca buruk, termasuk penolakan izin terbang dari Angkatan Udara Amerika Serikat pada saat-saat terakhir sebelum peluncuran. Meskipun menghadapi beberapa hambatan tersebut, penundaan ini dianggap sebagai langkah yang wajar dan penting untuk menjaga keselamatan serta memastikan keberhasilan misi antariksa.
Direktur Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), Adi Rahman Adiwoso, menyatakan bahwa keberhasilan peluncuran Satelit Nusantara Lima merupakan momen krusial bagi Indonesia dalam mempercepat upaya mencapai kedaulatan penuh dalam pengelolaan teknologi antariksa. Ia menekankan bahwa pencapaian ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia di bidang antariksa, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan teknologi yang lebih mandiri dan strategis di masa depan.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan bahwa Satelit Nusantara Lima atau yang disingkat sebagai N5 menjadi prioritas utama pemerintah karena manfaatnya yang besar bagi masyarakat luas, terutama dalam meningkatkan akses internet yang merata di seluruh Indonesia.
“Satelit Nusantara Lima adalah jembatan yang menghubungkan Indonesia tanpa batas. Internet cepat bukan hanya soal teknologi, tapi soal kesempatan yang sama," ujar Meutya dalam keterangan resmi yang diterima KompasTekno, Jumat (12/9/2025).
Meutya memberikan contoh, bahwa Satelit Nusantara Lima akan memberikan akses pendidikan setara bagi anak-anak di Maluku dan Papua, memungkinkan pasien di pulau kecil konsultasi dokter spesialis, serta membantu UMKM bersaing di dunia digital.
"Anak-anak di Maluku dan Papua akan punya akses belajar yang sama dengan anak-anak di Jakarta, pasien di pulau kecil bisa konsultasi dengan dokter terbaik, dan UMKM kita bisa bersaing di dunia digital. Inilah makna pemerataan digital yang sesungguhnya," ujar Meutya dalam keterangan resmi yang diterima KompasTekno, Jumat (12/9/2025).
Satelit Nusantara Lima (SNL) memiliki berat 7,8 ton dan menggunakan teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) yang merupakan sistem satelit komunikasi dengan kapasitas bandwidth dan kecepatan transfer data yang jauh, dilengkapi dengan 101 spot beam Ka-band atau 101 area kecil yang menggunakan frekuensi Ka-band untuk memastikan jangkauan sinyal yang luas dan kuat. Dukungan dari delapan stasiun bumi yang tersebar di seluruh Indonesia semakin memperkuat kemampuan satelit ini dalam menyediakan layanan internet cepat dan andal ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Wayan Toni Supriyanto, hadir langsung menyaksikan peluncuran Satelit Nusantara Lima, menandai momen penting bagi kemajuan Indonesia. Keberhasilan ini juga didukung oleh kerja sama dengan mitra global seperti Boeing Satellite Systems, Hughes, dan SpaceX, yang berkontribusi besar dalam proses peluncuran dan pengoperasian satelit.
PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) menetapkan target agar Satelit Nusantara Lima tidak hanya melayani pasar domestik Indonesia, tetapi juga melakukan ekspansi ke wilayah regional. PSN telah menjalin kerja sama dengan perusahaan We Are IT Philippines Inc untuk menyediakan internet dengan kecepatan 13,5 Gbps di Filipina, dan juga berencana memperluas layanan ke Malaysia untuk meningkatkan koneksi di kawasan Asia Tenggara.
Dari sisi keuangan, PT Asuransi Sinar Mas (ASM) memberikan perlindungan dengan asuransi khusus peluncuran satelit yang meliputi risiko kerusakan sebagian maupun kerugian total. Perlindungan ini juga didukung oleh reasuransi dari perusahaan-perusahaan baik lokal maupun internasional untuk menjaga keamanan dana proyek.
Setelah peluncuran, Satelit Nusantara Lima (SNL) membutuhkan waktu 4–5 bulan untuk mencapai slot orbit di 113° Bujur Timur. Kemudian, satelit akan menjalani tahap In-Orbit Testing selama tiga minggu, dilanjutkan dengan In-Orbit Acceptance Review (IOAR) untuk memastikan semua sistem bekerja dengan baik dan optimal.
Kehadiran Satelit Nusantara Lima atau yang disingkat sebagai N5 menambah sejarah panjang satelit Indonesia sejak Palapa A1 (1976), Nusantara Satu (2019), dan SATRIA-1 (2023), sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pengelola teknologi satelit, bukan hanya sebagai pengguna saja. Ini menunjukkan kemajuan besar dalam kemandirian teknologi antariksa Indonesia.
Pemerintah memandang Satelit Nusantara Lima (SNL) sebagai pencapaian penting yang mempercepat kemajuan digital nasional, menguatkan kedaulatan di antariksa, serta membuka kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi pusat jaringan digital terkemuka di wilayah Asia Pasifik.
0 Komentar