Menulis? Ini Kata Andrea Hirata

 

oleh Yoga Amriansyah, pada tanggal 27 Oktober 2020, 16.56 WIB

Andrea Hirata Seman Said Harun atau lebih dikenal sebagai Andrea Hirata lahir di Belitong 24 Oktober 1967 adalah penulis novel Laskar Pelangi (Bentang, 2005) yang merupakan novel best seller tahun 2006-2007.

Karya-karya andrea hirata sudah tidak asing lagi di telinga kita. sebut saja seperti sang pemimpi (2006), Edensor (2007), maryamah karpov (2008). Bahkan Edensor masuk nomine penghargaan nasional sastra KLA (Khatulistiwa Literary Award) tahun 2007. Keempat karya Andrea ini (dengan Laskar Pelangi) disebut sebagai tetralogi kenangan Andrea akan masa kecilnya. Dengan novelnya Laskar Pelangi (dan penulis India Kiran Nagarkar dengan novelnya Die Statisten) ia memenangkan penghargaan ITB Buch Awards 2013 di Jerman.

Selain tetralogi Laskar Pelangi, Andrea juga menghasilkan karya lain, yaitu Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas(2010), Sebelas Patriot (2011), dan Laskar Pelangi Song Book (2012) yang berisi kisah-kisah dari Negeri Laskar Pelangi (Belitong)

Dalam beberapa kesempatan Andrea hirata membagikan tipsnya dalam menulis:

1.    Riset

Riset itu bukan sekadar wawancara dan mengumpulkan data. Tapi benar-benar riset

2.    Egosentris

artinya, penulis harus benar-benar dekat dengan kisah yang dia tulis. “Dilarang lebih banyak menceritakan orang lain. Justru harus lebih banyak dari sudut pandang diri sendiri,”

3.    Strength

adalah, bagaimana mengajak pembaca seolah-olah terlibat dalam kisah yang dituliskan. “Pastikan kisah yang ditulis memiliki penerimaan yang luas. Singkatnya, laku!”

4.    Imajinasi

“Bebaskan imajinasi secara liar. Sebab, ide itu tidak akan ada habisnya. Ada ribuan ide. Setiap bertemu orang atau bertemu sesuatu, itu adalah ide,” 

5.    Spontanitas

“Jangan pakai mikir, tulis saja. Justru spontanitas itu yang sangat penting. Ia pun menyampaikan, apa yang disampaikan juga bukan merupakan panduan tepat untuk menulis.

Andrea hirata berharap, dunia sastra di Indonesia semakin berkembang. Sebab faktanya, hanya segelintir penulis Indonesia yang karyanya diterbitkan di negara lain. “Bandingkan dengan India, Jepang bahkan Singapura, banyak penulisnya yang karyanya diterbitkan di Amerika,” tuturnya.

Hal tersebut bisa terjadi, karena umumnya banyak penulis buku di Indonesia sejatinya belum memahami benar bagaimana membuat buku yang benar-benar berkualitas. Karena itu, sekali lagi yang ia sampaikan adalah buku yang berkualitas tidak ditentukan dari selera. “Buku yang bagus itu ya memang bagus. Karena itu, sering-seringlah mengapresiasi karya orang lain, sehingga akan bisa membuat tulisan yang bagus juga.” 

Posting Komentar

0 Komentar