Sritex Bangkrut: Industri Tekstil di Ujung Tanduk, Ribuan Pekerja Terancam PHK

Ditulis Oleh: Ghina Shaqira

Sumber Gambar: CNN Indonesia 

 

Jakarta, 2 Maret 2025 – Sritex perusahaan tekstil terbesar di Indonesia terpaksa menutup semua pabriknya pada Maret 2025 akibat masalah keuangan. Penutupan ini akan berdampak buruk bagi karyawan Sritex dan perusahaan lain yang bekerja sama dengan Sritex. Keputusan ini menyebabkan PHK massal terhadap lebih dari 10.000 pekerja yang sebelumnya bergantung pada perusahaan ini untuk mata pencaharian.

Salah satu faktor utama kebangkrutan Sritex adalah tingginya utang perusahaan yang mencapai triliunan rupiah, diperburuk oleh menurunnya permintaan ekspor dan gempuran produk tekstil impor murah. Kondisi keuangan yang semakin terpuruk dan kendali penuh berada di tangan kurator, Sritex tidak lagi dapat membeli bahan baku maupun menjual produknya, yang berujung pada penghentian operasional total.

Haruno Patriadi selaku Hakim Pengawas Pengadilan Niaga Semarang, dalam rapat kreditur kepailitan PT Sritex di Semarang mengatakan hal serupa, kesepakatan diambil berdasarkan atas kondisi-kondisi yang telah disampaikan oleh kurator maupun debitur pailit.

"Tidak mungkin dijalankan going concern dengan kondisi yang telah dipaparkan oleh kurator maupun debitur pailit," ucap Haruno pada rapat kreditur di Semarang Jumat (28/02/2025), dikutip dari CNN Indonesia tanggal 3 Maret 2025.

Selain itu, perubahan tren pasar yang dinamis dan ketidakmampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan ketatnya persaingan global juga menjadi faktor penentu dalam mempercepat keruntuhan bisnisnya. Sritex, yang dulunya merupakan simbol kejayaan industri tekstil Indonesia. Kegagalan dalam melakukan transformasi dan mempertahankan daya saing menjadi pelajaran bagi perusahaan dan industri tekstil nasional secara keseluruhan.

Para pekerja yang kehilangan pekerjaan mengungkapkan keterkejutan dan kebingungan. Banyak di antara mereka yang kesulitan menemukan peluang kerja baru yang setara dengan pekerjaan sebelumnya di Sritex, terutama di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu. Di tengah kesulitan mencari pekerjaan untuk bertahan hidup. Beberapa di antara mereka mengambil inisiatif dengan membuka usaha kecil-kecilan demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Pemerintah, melalui Kementerian Ketenagakerjaan, memberikan pernyataan optimis terkait nasib para pekerja Sritex yang terkena PHK. Meskipun mengakui bahwa persaingan di sektor manufaktur semakin sengit, pemerintah meyakini bahwa masih terdapat berbagai peluang kerja yang tersedia bagi para buruh terdampak. 

Menyadari beratnya dampak ekonomi yang dialami para mantan pekerja Sritex, berbagai pihak dari kalangan pemerintah hingga swasta bersatu mendorong inisiatif pelatihan keterampilan. Selain pelatihan keterampilan, program wirausaha juga gencar dipromosikan sebagai solusi alternatif untuk membantu para mantan pekerja Sritex bangkit dari keterpurukan, dengan memberikan pelatihan, pendampingan, dan akses permodalan, diharapkan para pekerja dapat mengembangkan potensi diri dan menciptakan lapangan kerja sendiri. 

Pemerintah menyediakan program pendampingan serta akses permodalan guna memastikan kelangsungan ekonomi pasca-PHK. Harapannya, program ini dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat kebangkrutan Sritex.

Kebangkrutan Sritex menjadi peringatan keras bagi industri tekstil nasional. Peristiwa ini menyoroti perlunya adaptasi yang lebih cepat terhadap perubahan pasar, peningkatan daya saing melalui inovasi dan efisiensi, serta pengelolaan keuangan dengan lebih bijak.

Posting Komentar

0 Komentar