Ditulis Oleh : Anisah Nabilah Surono
Sumber Gambar : Kompas.com
Cikarang, 22 April 2025 — Lonceng gereja berdentang di seluruh penjuru Roma, menandakan duka mendalam umat Katolik atas wafatnya Paus Fransiskus pada Senin pagi (21/4/2025) waktu Vatikan, di usia ke-88 tahun.
"Kepada saudara sekalian, dengan kesedihan mendalam, saya harus mengumumkan meninggalnya Bapa Suci Paus Fransiskus, pada pukul 07.35," kata Kardinal Farrell, salah satu petinggi di Kuria Roma dalam siaran Vatican TV, dikutip dari Reuters. Suasana haru menyelimuti Lapangan Santo Petrus, di mana para biarawati dan umat berkumpul untuk mendoakan sang pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma yang selama ini dikenal rendah hati dan penuh kasih.
Menurut laporan CNN Indonesia, Paus Fransiskus meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif lebih dari satu bulan akibat pneumonia. Meski dalam kondisi sakit, Paus tetap menunjukkan keteguhan imannya hingga akhir hayat.
Salah satu hal terakhir yang menjadi sorotan adalah permintaan khusus Paus Fransiskus terkait pemakamannya. Ia mewasiatkan agar upacara pemakaman dilangsungkan secara sederhana, jauh dari kemegahan yang biasa menyertai prosesi pemakaman seorang Paus.
"Paus Fransiskus meminta agar ritus pemakaman ini lebih menekankan bahwa itu adalah pemakaman seorang pendeta dan murid Kristus, bukan pemakaman seorang yang berkuasa di dunia ini," kata Uskup Agung Ravelli, Master of Pontifical Liturgical Celebrations (Pemimpin Upacara Liturgi Kepausan) dalam wawancara dengan Vatican News.
Tak hanya itu, ia juga meminta untuk dimakamkan di luar wilayah Vatikan,
menjadikannya sebagai Paus pertama dalam lebih dari satu abad terakhir yang
dimakamkan di luar kompleks kepausan tersebut. Karena sebelumnya Paus terakhir
yang dimakamkan di luar Vatikan adalah Leo XII pada tahun 1903, yang dimakamkan
di Basilika St. Yohanes Lateran di Roma.
Wafatnya Paus Fransiskus memicu ungkapan belasungkawa dari para pemimpin dunia. Mereka mengenang sosok Paus sebagai pribadi yang selalu berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan juga perdamaian. Selama masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus dikenal sebagai tokoh progresif yang memperjuangkan inklusivitas dan toleransi.
Dalam berbagai kesempatan, Paus Fransiskus menyuarakan pentingnya kebebasan berpikir, beragama, serta penghormatan terhadap perbedaan. Ia menentang keras segala bentuk diskriminasi, termasuk meningkatnya gelombang anti-Semitisme yang terjadi di berbagai belahan dunia. Dalam pidato Paskah terakhirnya, ia juga mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap konflik berkepanjangan di Gaza, yang disebutnya sebagai situasi yang "dramatik dan memprihatinkan."
Warisan pemikiran Paus Fransiskus akan terus hidup dalam hati umat Katolik dan masyarakat dunia. Pesannya agar umat manusia tidak tunduk pada logika ketakutan dan perpecahan menjadi penegasan akan semangat persatuan dan cinta kasih yang selalu ia agungkan.
0 Komentar