Gencatan Senjata India-Pakistan, Indonesia Berpotensi Terimbas


Ditulis Oleh: Ghina Shaqira
Sumber Gambar: CBC News

Bogor, 11 Mei 2025 – India dan Pakistan sepakat untuk melakukan gencatan senjata penuh mulai Sabtu (10/05/2025), setelah empat hari bentrokan militer sengit di wilayah perbatasan Kashmir yang disengketakan. Gencatan senjata ini memulai ketegangan yang telah menewaskan puluhan orang dan memaksa ribuan warga meninggalkan rumah mereka selama konflik yang berlangsung sejak Rabu pekan lalu.

Konflik di wilayah perbatasan Kashmir antara India dan Pakistan selama empat hari terakhir telah menelan korban jiwa yang tragis, dengan sedikitnya 60 orang meninggal dunia. Suara tembakan dan ledakan yang terus menggema memaksa penduduk desa dan kota kecil di sepanjang garis perbatasan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, meninggalkan harta benda dan kenangan yang sulit dilupakan.

Ketegangan meningkat di perbatasan akibat serangkaian tembakan artileri dan baku tembak lintas batas yang terjadi sejak awal Mei 2025. Serangan pesawat nirawak kembali terdengar di wilayah Jammu dan Kashmir, yang menjadi pusat pertempuran sengit, sementara ledakan dari sistem pertahanan udara menggema di sejumlah kota yang mengalami pemadaman listrik, serupa dengan malam sebelumnya, menurut keterangan pihak berwenang, warga setempat, dan saksi mata Reuters. 

Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengambil peran penting dalam memediasi tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara India dan Pakistan pada Sabtu, 10 Mei 2025. Setelah perundingan intens yang berlangsung semalam, Trump mengumumkan melalui media sosial Truth Social, dari akun @realDonaldTrump.

"Setelah pembicaraan semalam yang dimediasi oleh Amerika Serikat, saya dengan senang hati mengumumkan bahwa India dan Pakistan telah menyetujui gencatan senjata penuh dan segera. Selamat kepada kedua negara karena telah menggunakan akal sehat dan kecerdasan yang hebat." dikutip dari SindoNews.com pada Minggu, (11/05/2025).

Meskipun India dan Pakistan telah resmi menyepakati gencatan senjata, laporan mengenai pelanggaran masih terus bermunculan di sepanjang Line of Control (LoC), garis demarkasi yang memisahkan kedua negara di wilayah Kashmir. Insiden-insiden kecil berupa tembakan sporadis dan aktivitas militer yang tidak sesuai dengan kesepakatan tetap terjadi, menimbulkan kekhawatiran bahwa ketegangan belum sepenuhnya mereda.

Beberapa jam setelah pengumuman resmi mengenai kesepakatan gencatan senjata, suara tembakan dan ledakan masih menggema di beberapa titik sepanjang perbatasan. Suara-suara tersebut menjadi pengingat nyata bahwa meskipun sudah ada niat baik dari kedua belah pihak untuk menghentikan konflik, ketegangan di lapangan masih belum sepenuhnya mereda.

Pemerintah Indonesia menyampaikan rasa keprihatinan yang mendalam atas eskalasi ketegangan yang terjadi antara India dan Pakistan di wilayah perbatasan Kashmir. Indonesia menegaskan pentingnya mengedepankan jalan damai sebagai solusi utama untuk menyelesaikan konflik yang telah menimbulkan banyak korban dan penderitaan bagi masyarakat di kedua belah pihak. Indonesia mengajak seluruh pihak terkait untuk menahan diri dari tindakan yang dapat memperburuk situasi dan lebih mengutamakan diplomasi sebagai sarana untuk mencapai perdamaian.

Konflik yang berkepanjangan di wilayah perbatasan antara India dan Pakistan telah menimbulkan ketidakstabilan ekonomi yang signifikan di kawasan tersebut. Kondisi ini tidak hanya mengganggu aktivitas perdagangan dan investasi, tetapi juga menciptakan suasana ketidakpastian yang berdampak pada berbagai sektor ekonomi di negara-negara tetangga.

Dampak konflik ini juga dirasakan oleh Indonesia, dikarenakan india merupakan negara tujuan ekspor batu bara terbesar kedua Indonesia. Hal ini tentunya dikhawatirkan membuat pasokan impor batu bara akan menurun.

"India salah satu pengimpor terbesar ke dua dari Indonesia. India saat ini juga sedang mengembangkan tambang-tambang batu bara mereka untuk supply ke PLTU mereka," ujar Prof Irwandy Arif selaku Ketua Indonesian Mining Institute (IMI), kepada CNBC Indonesia, dikutip Minggu (11/5/2025). 

Konflik antara India dan Pakistan, Irwandy menilai hal tersebut bisa membuat anggaran kedua negara tersebut lebih fokus pada kebutuhan perang.

Hal itu bisa berpengaruh pada permintaan, khususnya India, terhadap batu bara Indonesia. "Perang India dan Pakistan, yang tentunya akan menyedot anggaran Pemerintah India bila perang berlanjut ke depan dan agak lama, punya pengaruh pembelian batu bara, termasuk pembelian dari Indonesia," ujar Irwandy.

India menempati posisi sebagai pasar ekspor batu bara terbesar kedua bagi Indonesia, dengan total pengiriman mencapai sekitar 110 juta ton pada tahun 2024. Angka ini mencerminkan tingginya permintaan batu bara dari India, yang menjadi salah satu konsumen energi terbesar di dunia. Sementara itu, Pakistan menjadi pasar yang relatif kecil untuk batu bara Indonesia, dengan impor sekitar 600 ribu ton pada tahun yang sama. 

Konflik yang terjadi di wilayah perbatasan antara India dan Pakistan memberikan dampak signifikan terhadap perdagangan batu bara Indonesia, adanya penurunan jumlah ekspor batu bara Indonesia ke India sejak awal tahun 2025 hingga 31,42% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 lalu.

"Ekspor batubara ke India pada maret 2025 7,42 Juta ton yang turun YoY 31.42%," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (8/5/2025). Penurunan jumlah ekspor batu bara Indonesia ke India sejak awal tahun 2025 hingga 31,42% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 lalu.

Penurunan ini tidak hanya dipicu oleh ketegangan politik dan keamanan di kawasan, tetapi juga karena menurunnya permintaan batu bara dari India yang mulai meningkatkan produksi batu bara domestiknya untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.

Pada awal tahun 2025, ekspor logam dasar Indonesia ke India, khususnya nikel dan aluminium, menunjukkan tren positif dengan peningkatan, Sementara dari Pakistan, permintaan batu bara juga terpantau mengalami penurunan. Bahkan sejak tiga tahun belakangan. Alasannya, kebijakan Pakistan yang mendorong untuk memanfaatkan batu bara produksi lokal.

"Dalam tiga tahun terakhir pun terjadi penurunan impor batu bara Pakistan dari Indonesia, namun bukan karena perang melainkan karena kebijakan pemerintah Pakistan yang mendorong pemanfaatan batu bara lokal," ujar Gita Mahyarani, Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batu Bara Indonesia (APBI), dikutip dari CNBC Indonesia pada (11/05/2025).

Jika konflik antara India dan Pakistan terus berlanjut, dampaknya tidak hanya akan terbatas pada aspek keamanan, tetapi juga akan meluas ke sektor ekonomi kedua negara.Kondisi ini berpotensi mempersempit peluang perdagangan internasional, termasuk hubungan dagang dengan Indonesia, karena ketidakstabilan yang muncul membuat para pelaku bisnis kesulitan dalam merencanakan ekspansi dan investasi.

Posting Komentar

0 Komentar