Sumber gambar: Wanda Nabilla Putri
Jakarta, 22 September 2025 - Tempo mengadakan kelas liputan dan jurnalistik di Gedung Tempo, Jakarta, pada Senin (22/9), yang dihadiri oleh sejumlah wartawan senior dan praktisi media, termasuk UKM Jurnalistik Universitas Bina Sarana Informatika. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung dan pelatihan yang berfokus pada riset mendalam, teknik liputan, dan pentingnya keselamatan jurnalis dalam menjalankan tugas.
Acara dimulai dengan sambutan dari Mustafa Silalahi akrab dipanggil Moses Silalahi, wartawan Tempo sejak tahun 2005, yang juga berasal dari Biro Pendidikan Tempo dan merupakan Redaktur Utama Desk Hukum Tempo. Moses memberikan materi tentang karakteristik media massa serta peran penting media dalam menginformasikan publik. Ia menjelaskan bahwa Tempo memiliki tiga platform utama untuk menjangkau audiens, yang masing-masing menawarkan pendekatan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan pembaca. Ketiga platform utama tempo yaitu, platform pertama adalah Tempo Interaktif, platform kedua Koran Tempo, dan platform ketiga Majalah Tempo.
Moses Silalahi menegaskan pentingnya riset dalam dunia jurnalistik. Ia menyebutkan bahwa riset adalah kunci utama dalam menyusun berita yang kredibel dan mendalam. "Riset, riset, dan riset," ujar Moses, mengulang kata kunci yang menjadi pondasi dalam setiap karya jurnalistik yang ditulisnya. Ia juga memberikan nasihat kepada para peserta tentang pentingnya menggali isu hingga ke akar permasalahannya.
Selain itu, Moses juga menyampaikan bahwa untuk menghasilkan laporan yang menarik dan tidak datar, jurnalis perlu menghubungkan isu terkini dengan konteks sejarah. Hal ini membantu pembaca untuk lebih memahami latar belakang dan perkembangan suatu isu. Ia mengingatkan bahwa “tidak ada berita yang setimpal dengan nyawa atau keselamatan kita,” menekankan pentingnya keselamatan jurnalis dalam menjalankan tugasnya.
Moses juga menambahkan bahwa Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) termasuk dalam bagian dari pers Nasional, sehingga memiliki peran, hak, dan tanggung jawab yang sama dalam ekosistem media di Indonesia.
Setelah sesi dari Moses, acara dilanjutkan dengan materi dari Junarcia Molisna Naibaho, Konsorium Pembaruan Agraria, yang membahas isu agraria di Indonesia, sebuah topik yang sangat relevan mengingat konflik-konflik agraria yang kerap terjadi di berbagai daerah. Junarcia memulai sesinya dengan menayangkan video dokumenter tentang konflik agraria, yang menunjukkan bagaimana kebijakan-kebijakan yang tidak tepat seringkali menimbulkan ketegangan antara masyarakat dan perusahaan atau pemerintah. Ia mengajak peserta untuk lebih peka terhadap dampak sosial dan ekonomi dari kebijakan agraria yang diterapkan.
Pemateri ketiga, Raymundus Rikang, alumni Universitas Atmajaya Yogyakarta yang kini merupakan Redaktur Utama Investigasi dan Wawancara, memberikan materi tentang praktik liputan dan teknik menulis berita berdasarkan pengalaman lapangan. Dalam sesi ini, Raymundus menekankan pentingnya objektivitas dan ketelitian dalam setiap langkah peliputan, serta bagaimana cara menjadikan berita yang ditulis tetap relevan dan mudah dipahami oleh publik.
Melalui kegiatan ini, Tempo menegaskan misinya untuk mengedukasi generasi muda mengenai pentingnya menjadi jurnalisme yang berkualitas. Meski segmen pembaca Tempo cenderung menengah ke atas, Tempo berkomitmen untuk menyajikan isu-isu berat, seperti agraria dan politik, dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh seluruh kalangan masyarakat.
Adanya kegiatan seperti kelas liputan dan jurnalisme ini, Tempo berharap dapat mencetak jurnalis-jurnalis muda yang tidak hanya terampil dalam menulis, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang etika dan tanggung jawab dalam melaksanakan profesi ini. Kelas ini menjadi salah satu upaya Tempo untuk terus berkontribusi dalam membentuk ekosistem media yang lebih sehat dan bertanggung jawab.
0 Komentar