Aksi Demo Tolak RUU TNI dan RUU Polri Terus Berlanjut: Kawal Sampai Tuntas

 

Ditulis Oleh: Salma Rihadathul Aissy

Sumber Gambar: Alvin Kurniawan

 

Kuningan, 29 Maret 2025 — Aksi demonstrasi yang menuntut pencabutan Rancangan Undang-Undang Tentara Negara Indonesia (RUU TNI) dan Rancangan Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia (RUU Polri) kembali terjadi di depan gedung DPR RI, Gatot Subroto, Jakarta Pusat, pada hari Kamis (27/3/2025). Aksi ini dimulai pada pukul 14.40 WIB, massa aksi mulai berdatangan di lokasi demonstrasi. Mereka yang hadir berasal dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa yang juga dari berbagai perguruan tinggi seperti UNINDRA, UNAS, UMM, UIN, UNJ, UNNES, UPN, IKM UI, dan Universitas Al Azhar yang ikut serta dalam menuntut pencabutan undang-undang tersebut.

Aksi demonstrasi dimulai dengan penyampaian aspirasi dari warga sipil yang merasa kecewa atas pengesahan RUU TNI dan RUU Polri. Beberapa orator dari berbagai kampus mulai menyampaikan tuntutan mereka terkait dengan pengesahan RUU TNI dan RUU Polri. 

Dalam wawancara yang dilakukan oleh tim Jurnalistik Universitas Bina Sarana Informatika pada salah satu peserta aksi demo dari Universitas Al-Azhar, Albi, ia yang menyampaikan pesan aspirasinya untuk pemerintah dan otoritas yang berkaitan dengan alasan dilakukan demonstrasi ini. 

Albi berharap  terkait TNI atau Polri tidak menduduki beberapa jabatan-jabatan struktural sipil, karena hal tersebut sungguh fatal. Mereka memegang senjata dan diberikan jabatan itu bisa mengancam nyawa-nyawa warga sipil. 

Albi juga menyampaikan pendapatnya tentang kenapa kita harus kritis terhadap RUU TNI dan RUU TNI Polri. “Kenapa kita harus kritis, yang pertama kita memperjuangkan hak-hak sipil kita dimana dalam proses pemilihan juga TNI dan Polri itu kan diberi hak istimewa bukan sebagai warga negara biasa, dia diberikan senjata, digaji oleh negara melalui pajak, sedangkan masyarakat biasa harus melalui jerih payahnya, bekerja, dan membayar pajak untuk menghidupi aparat tersebut,” ujar Albi saat di wawancarai oleh tim Jurnalistik Universitas Bina Sarana Informatika, Kamis (27/3/2025).

Adapun salah satu peserta aksi demo lainnya yaitu Ferry Irwandi, peserta aksi demo dari Malaka Project, yang juga menyampaikan pesan aspirasinya untuk pemerintah dan otoritas yang berkaitan dengan alasan dilakukan demonstrasi ini.

“Tarik mundur militer di segala aspek apapun bentuk militernya, karena militer tidak dididik untuk memanusiakan manusia, masih banyak sipil yang berkualitas, masih banyak orang-orang yang benar-benar peduli, dan masih banyak orang-orang pintar yang hidup tanpa senjata sekalipun. Jadi tarik mundur militer kalau emang mau negara ini baik enggak ada kekuatan yang terlalu besar untuk tidak jatuh,” ujar Ferry Irwandi saat di wawancarai oleh tim Jurnalistik Universitas Bina Sarana Informatika, Kamis (27/3/2025).

Situasi semakin tegang saat sore hari ketika polisi menggunakan water cannon untuk membubarkan massa yang bertahan dan terus menyuarakan tuntutan mereka. Meskipun ada upaya dari aparat untuk mengendalikan situasi, para demonstran tetap berusaha bertahan dan melanjutkan orasi mereka. Penjagaan polisi semakin diperketat, menciptakan ketegangan di antara massa aksi dan aparat keamanan.

Situasi semakin tegang ketika pihak kepolisian memperkuat penjagaan di sekitar lokasi aksi. Polisi pun tampak siap siaga, dan massa aksi semakin memperkuat tuntutannya untuk memastikan bahwa undang-undang tersebut dicabut. Para peserta aksi pun bertekad untuk terus mengawal proses ini, hingga akhirnya tuntutan mereka didengar dan dipenuhi.


Posting Komentar

0 Komentar